IDENTITAS

Selasa, 12 Maret 2013

MEDAN MAKNA


Harimurti dalam Chaer ( 2009 : 110) menyatakan bahwa medan makna (semantic field, semantic domain) adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan yang direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Menurut Parera ( : 138) “Medan makna adalah satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas/kesaman, kontak/hubungan, dan hubungan-hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata”. Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan atas kelompok-kelompok tertentu berdasarkan kesamaan ciri semantik yang dimiliki kata-kata itu. Umpamanya, kata-kata kuning, merah, hijau, biru, dan ungu berada dalam satu kelompok, yaitu kelompok warna. Kata-kata yang berada dalam satu kelompok lazim dinamai kata-kata yang berada dalam satu medan makna atau satu medan leksikal, yang dimaksud dengan medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga.
Kata-kata atau leksem-leksem yang mengelompokkan dalam satu medan makna, bedasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set. Kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara kata-kata atau unsur-unsur leksikal itu. Misalnya, pada kalimat di bawah ini:
Ø  Puncak lereng itu sangat curam dan di sana terdapat lembah yang  mengandung lahar panas.
Kata puncak, lereng, curam, lembah dan lahar merupakan kata-kata dalam satu kolokasi; satu tempat atau lingkungan. Jadi, kata-kata yang berkolokasi ditemukan bersama atau berada bersama dalam satu wilayah atau satu lingkungan.
Dalam pembicaraan tentang jenis makna ada juga istilah kolokasi, yaitu jenis makna kolokasi. Yang dimaksud di sini adalah makna kata tertentu berkenaan dengan keterikatan kata tersebut dengan kata yang lain yang merupakan kolokasinya. Misalnya kata cantik, tampan, dan indah sama-sama bermakna denotatif ‘bagus’. Tetapi kata tampan memiliki komponen atau ciri makna [+laki-laki] sedangkan kata cantik memiliki komponen atau ciri makna [-laki-laki]; dan kata indah memiliki komponen atau ciri makna [-manusia]. Oleh karena itulah, ada bentuk-bentuk pemuda tampan, gadis cantik, lukisan indah.
 Kalau kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmatik karena sifatnya yang linear maka set menunjuk pada hubungan paradigmatik karena kata-kata atau unsur-unsur yang berada dalam satu set dapat saling menggantikan. Kelompok set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena kata-kata yang berada dalam satu kelompok set itu saling bisa disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai kelas yang sama, dan tampaknya juga merupakan satu kesatuan. Setiap unsur leksikal dalam satu set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota-anggota dalam set tersebut. Misalnya kata remaja merupakan tahap pertumbuhan antara kanak-kanan dengan dewasa; sejuk adalah suhu diantara dingin dengan hangat.
 Contoh Set:
bayi                         dingin
anak-anak               sejuk
remaja                    hangat
dewasa                  panas
manula                   terik
                                                
Pengelompokan kata kolokasi dan set ini besar artinya bagi kita dalam memahami konsep-konsep budaya yang ada dalam suatu masyarakat bahasa. Pengelompokan kata kolokasi dan set dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai teori medan makna. Oleh karena itu secara semantik diakui bahwa pengelompokkan kata atau unsur-unsur leksikal secara kolokasi dan set hanya menyangkut satu segi makna. Makna seluruh tiap kata atau unsur leksikal itu perlu dilihat dan dikaji secara terpisah dalam kaitannya dengan penggunaan kata atau unsur leksikal tersebut di dalam pertuturan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar